RESUME JURNAL TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA DALAM SISTEM BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
Halo teman-teman kali ini aku bakal membagikan hasil resume jurnal tentang teknologi pengendalian hama dalam sistem budidaya sayuran organik.. selamat membacaaa😃😃
RESUME
JURNAL
TEKNOLOGI
PENGENDALIAN HAMA DALAM SISTEM BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
(Pest Control
Technology in Organic Vegetable Cultivation System)
Sulawesi
selatan merupakan sentra pertanaman sayuran-sayuran dengan masalah yang
terbesar pada hampir semua sentra tanaman sayuran yang ada di daerah ini adalah
tingginya aplikasi senyawa kimia sintetik termasuk pupuk dan pestisida sintetik.
Dalam hasil survei dan hasil wawancara menunjukan bahwa masih banyak petani
melakukan aplikasi pestisida sintetik dengan frekuensi aplikasi selama satu
musim tanam dapat mencapai 12 sampai 16 kali. Kondisi ini sangat memprihatinkan
bagi kesejahteraan petani karena selain biaya yang dikeluarkan sangat besar
untuk pembelian pestisida juga penggunaan pestisida dengan aplikasi yang sangat
sering dapat mematikan organisme bukan sasaran seperti musuh alami sehingga
penggunaaan pestisida sintetik juga dapat menyebabkan hama menjadi resisten,
kerusakan ekosistem atau lingkungan bahkan sangat berbahaya bagi kesehatan
petani yang terpapar dengan pestisida. Produk sayuran kemungkinan mengandung
residu sehingga tidak aman dikonsumsi karena dapat membahayakan kesehatan
konsumen padahal sayuran merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan
sehari-hari karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi.
Oleh
karena itu, kita perlu adanya upaya pengembangan dan penerapan teknologi ramah
lingkungan untuk menghasilkan sayuran yang berkualitas tanpa residu bahan kimia
sintetik termasuk pestisida dan pupuk. Oleh karena itu kita bisa menerapkan
teknologi pengendalian hama dalam sistem budidaya sayuran organik dengan pengelolaan
pertanaman dengan mengatur waktu tanam, pergiliran tanaman, mengatur jarak
tanam ataupun dengan cara menanam tanaman secara intercropping/tumpang sari,
misalnya penanaman tanaman utama dengan tanaman yang bersifat repelen terhadap
hama atau keterpaduan tanaman dalam suatu bedengan atau areal pertanaman,
penggunaan ekstrak tanaman dalam formulasi bubuk dan cair serta pemasangan
senyawa yang bersifat atraktan. Kita juga bisa melakukan pengelolaan
pertanaman, pengelolaan pertanaman sangat penting diperhatikan dalam upaya
untuk mengurangi populasi hama. Teknik penanaman dapat dilakukan dengan menanam
tanaman yang berbeda diantara bedengan, menanam tanaman disekitar bedengan atau
melingkari bedengan ditengah bedangan. Pada sistem Tumpang Sari dengan tanaman
yang bersifat repelan dapat menyebabkan penurunan kepadatan populasi hama
dibandingkan hanya dengan menanam satu jenis tanaman dalam satu areal.
Berkurangnya
populasi hama disebabkan adanya peran senyawa kimia mudah menguap yang dilepas
oleh tanaman yang bersifat repelan sehingga hama yang terdapat pada tanaman
utama menghindar atau menjauh. Dengan adanya tanaman perangkap maka hama yang
datang ketanaman lebih banyak dibandingkan tanaman utama, pengendalian hama
dapat difokuskan pada tanaman perangkap dengan menggunakan bahan alami tanaman.
Langkah yang bisa kita kita lakukan selanjutnya yaitu dengan pemasangan
perangkap dengan senyawa atraktan, pada pemasangan senyawa yang bersifat
atraktan telah dilakukan di dalam lahan unit uji dengan sistem organik yang
dipasang di sela pertanaman atau pada bagian tertentu pada bedangan atau areal
pertanaman. Perangkap yang mengandung senyawa atraktan yang telah diterapkan
adalah menggunakan formulasi perekat atraktan yang berasal dari tanaman Andropogon nardus untuk mengendalikan
lalat buah pada tanaman tomat, cabe dan ketimun. Teknologi pengendalian hama
dengan memanfaatkan bahan alami bioaktif tanaman pada lahan organik yang
dikelola berorientasi pada penerapan usaha tani berinput rendah, yaitu
misalnya: (1) penggunaan ekstrak tumbuhan dengan sistem fermentasi, (2) mengelola
pertanaman antara lain penempatan tanaman repelan,penanaman secara bertahap dan
berganti-ganti (3) penggunaan bahan alami tanaman dalam bentuk formulasi bubuk,
(4) penggunaan formulasi perekat atraktan dari bahan alami bioaktif tanaman.
Pengendalian hama dengan memanfaatkan bahan alami bioaktif tanaman/tumbuhan
merupakan alternatif pengendalian yang aman bagi organisme bukan sasaran dan
bersifat non persinten terhadap lingkungan sehingga dipadukan dengan teknik
pengendalian lainnya.
Penggunaan
bahan alami selain bersifat toksik juga bersifat menghambat aktifitas makanan,
menolak (repelan), menarik (attraktan) maupun menghambat pertumbuhan dan
perkembangan hama. Teknologi pengendalian hama dengan memanfaatkan bahan alami
bioaktif tanaman juga dilakukan dengan melakukan penyemprotan tidak
dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya residu yang besar. Oleh karena itu dapat
mencegah atau menekan peluang jasad yang bukan sasaran terkena residu.
Persistensi bahan alami bioaktif tanaman sebagai insektisida adalah singkat
kadang-kadang kurang menguntungkan pada tingkat populasi yang tinggi, oleh
karena itu untuk mencapai keefektifan pendalian yang maksimum diperlukanlah
aplikasi yang berulang-ulang. Namun sifat tersebut memungkinkan untuk dapat
diaplikasikan atau digunakan beberapa saat menjelang panen saja. Banyak senyawa
yang terdapat pada ekstrak tanaman/tumbuhan menyebabkan serangga hama sasaran tidak
mudah menjadi resisten dibandingkan insektisida yang mengandung senyawa tunggal
seperti insektisida sintetik.
Semoga bermanfaat ya teman-teman, kita bertemu lagi dibahasan yang selanjutnya....
bye bye bye😊😊
Komentar
Posting Komentar