BSC (Balanced Scorecard)

Apa itu Balanced Scorecard?
Balanced Scorecard atau BSC
merupakan suatu sistem manajemen strategi (Strategic Based Responsibility
Accounting System) yang menjelaskan mengenai misi serta strategi dari suatu
perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.
Balanced Scorecard merupakan suatu mekanisme pada sistem
manajemen yang mampu menerjemahkan visi serta strategi organisasi ke dalam
suatu tindakan yang nyata di lapangan. Sehingga balanced scorecard menjadi
salah satu alat manajemen yang terbukti membantu banyak perusahaan dalam
mengimplementasikan strategi bisnisnya.
Dalam metode balanced
scorecard, penilaian kinerja didasarkan pada empat perspektif, Metode balanced scorecard memberikan kerangka
komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategi (Kaplan
dan Norton ,1992). Balance scorecard, seperti telah dijelaskan
di atas menggunakan empat perspektif yakni sebagai berikut:
#1 Perspektif Keuangan (Financial Perspective)
Balanced
scorecard menggunakan tolak ukur kinerja keuangan
untuk menganalisis dan membandingkan perusahaan. Tolak ukur keuangan itu
penting tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value), sehingga ada tolak ukur lainnya.
#2 Perspektif Kepuasan Konsumen (Customer Perspective)
Perspektif kedua ini difokuskan pada
bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar dapat mencapai sasaran
keuangan tertentu. Perusahaan antara lain menggunakan tolok ukur kinerja
berikut pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan:
Kepuasan pelanggan (customer satisfaction), Retensi
pelanggan (customer retention), Pangsa
pasar (market share), dan Kemampuan
pelanggan.
#3
Perspektif Bisnis Internal (Internal and Process Business Perspective)
Perspektif
ini memberikan gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani pelanggan dan
mencapai sasaran keuangan tertentu. Menurut
Kaplan dan Norton (1996), proses bisnis internal terdiri dari tiga tahapan
yaitu: Inovasi, Operasi, dan Layanan purna jual.
#4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan memfokuskan pada kemampuan manusia. Tujuan perspektif ini adalah untuk mendorong
perusahaan menjadi organisasi belajar (learning
organization) sekaligus mendorong pertumbuhannya. Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja
manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan.
Keunggulan Balance
Scorecard
Menurut hasil penelitian Nomuro
Research Institute (NRI) Papers No.45, 1 April 2002, diperoleh hasil bawah Jepang sudah memperkenalkan pola kerja Balance Scorecard (BSC) terhadap lebih
dari 20 perusahaan beberapa tahun lalu (Morisawa, 2002).
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengalaman perusahaan yang menerapkan pengukuran kinerja dengan balance
scorecard tersebut merasakan bahwa balance scorecard memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut
:
- Dapat digunakan untuk melakukan perbaikan
keseimbangan di antara sasaran-sasaran jangka pendek, jangka menengah,dan
jangka panjang.
- Menciptakan pemahaman strategi perubahan dengan
menyusun atau menetapkan indikator-indikator non-finansial kuantitatif di
samping indikator-indikator fina
- Mengurangi keraguan atau kekaburan dengan tetap
menjaga indikator finansial.
- Mempromosikan proses pembelajaran organisasi
melalui suatu pengulangan siklus hipotesis verifikasi.
- Memperbaiki platform strategi
komunikasi secara umum dalam organisasi yang mencerminkan keterkaitan
antara pimpinan dan bawahan.
- Murphy dan Russel (2000) menemukan bahwa Balance
Scorecard dapat menggantikan Customer Relationship
Manager (CRM) Strategy, yakni strategi di mana
perusahaan mencoba mengelola hubungan yang baik dengan pelanggannya untuk
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan pelanggan.
- Penelitian Abdul Haris terhadap 64 BUMD di Jawa Timur menemukan bahwa kinerja BUMD tergolong baik, terutama perspektif keuangan yang seluruh indikatornya (pertumbuhan, pendapatan, efisiensi biaya, peningkatan laba, dan pemanfaatan aktiva/strategi investasi). Namun ditemukan pula adanya beberapa perspektif yang perlu dibenahi.
Ada
beberapa kendala yang membuat implementasi balanced scorecard tidak berhasil
atau gagal, yang disebut Gab oleh Kaplan dan Norton, serta diuraikan dalam
empat klasifikasi:
- Vision barrier (hambatan visi) : Seringkali tidak ada titik temu dalam menyepakati suatu visi dalam perusahaan, yang tentu saja akan berimbas pada perencanaan strategi. Sekalipun kemudian sudah terbentuk satu suara, penyelerasaan yang sama juga diperlukan dalam menjabarkan strategi menjadi langkah nyata. Tidak sedikit ditemukan bahwa hanya 5% karyawan yang mengerti visi dan strategi organisasi tempat mereka bekerja.
- People barrier (hambatan orang) : Berkembangnya sebuah perusahaan seharusnya diikuti dengan perencanaan strategi SDM agar tujuan, visi dan kompetensi individu tetap selaras, sehingga keseluruhan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan tidak terabaikan. Namun, masih sering ditemui tujuan masing-masing individu dan strategi perusahaan yang sama sekali tidak terkait satu sama lain.
- Resource barrier (hambatan sumber daya) : Pada kondisi ini, sumber daya baik waktu, energi dan uang yang ada pada organisasi, tidak dialokasikan pada hal-hal penting dan strategis. Atau pengalokasiannya tidak seimbang, hanya fokus pada tujuan jangka pendek sehingga tujuan jangka panjang terabaikan.
- Management barrier (hambatan manajemen) : Strategi yang tidak dapat dilaksanakan karena tidak adanya sosialisasi strategi. Penyebabnya adalah dari pihak manajemen sendiri tidak mampu atau tidak mengkomunikasikannya sama sekali. Selain itu, waktu yang digunakan untuk membahas strategi perusahaan hanya sedikit, sebaliknya lebih banyak untuk pembuatan keputusan yang bersifat jangka pendek.
Komentar
Posting Komentar