PARTENOKARPI
Seperti yang kita ketahui,
kemajuan teknologi di bidang pertanian semakin hari semakin maju.. Bahkan, kini
dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi molekuler partenokarpi dapat
diinduksi secara endogen melalui teknik rekayasa genetika, yaitu dengan cara
menyisipkan gen partenokarpi (pengkode IAA/giberelin) ke dalam genom tanaman
target melalui proses transformasi genetik.
Buah tomat partenokarpi adalah galur tomat tanpa biji yang diciptakan untuk memenuhi keinginan para podusen saus. Partenokarpi merupakan buah yang terbentuk tanpa didahului adanya polinasi atau fertilisasi. Partenokarpi dapat terjadi secara alami maupun buatan. Partenokarpi akan menghasilkan buah dengan ukuran besar dengan biji yang sedikit dan berukuran kecil (Salisbury dan Ross, 1995). Salah satu zat kimia yang diperlukan dalam proses partenokarpi adalah giberelin. Dalam
peristiwa partenokarpi, terbentuknya biji dapat dicegah dengan menggunakan ZPT giberelin dengan cara menghambat proses fertilisasi. Dalam kasus ini, hormon giberelin akan mencegah buluh serbuk sari sampai ke celah mikropil yang mengakibatkan sel telur tidak akan bertemu dengan sel sperma sehingga tidak dihasilkan embrio. Perkembangan bakal biji akan terhenti apabila pembentukan embrio tidak terjadi sehingga tidak akan terbentuk biji. Partenokarpi dikatakan berhasil apabila pembentukan buah tidak didahului dengan proses fertilisasi, dengan kata lain peran giberelin pada peristiwa partenokarpi adalah menggantikan proses fertilisasi (Salisbury dan Ross, 1995).
Apa itu Partenokarpi?
Buah partenokapri merupakan buah
yang terbentuk tanpa melalui polinasi dan fertilisasi. Partenokarpi kurang
mengutungkan bagi program produksi benih/biji, tetapi lebih bermanfaat bagi
peningkatan kualitas dan produktivitas buah, khusunya pada jenis tanaman
komersial (hortikultura).
Salah satu zat kimia yang
diperlukan dalam proses partenokarpi adalah giberelin. Dalam peristiwa
partenokarpi, terbentuknya biji dapat dicegah dengan menggunakan ZPT giberelin
dengan cara menghambat proses fertilisasi. Dalam kasus ini, hormon giberelin
akan mencegah buluh serbuk sari sampai ke celah mikropil yang mengakibatkan sel
telur tidak akan bertemu dengan sel sperma sehingga tidak dihasilkan embrio.
Perkembangan bakal biji akan terhenti apabila pembentukan embrio tidak terjadi
sehingga tidak akan terbentuk biji. Partenokarpi dikatakan berhasil apabila
pembentukan buah tidak didahului dengan proses fertilisasi, dengan kata lain
peran giberelin pada peristiwa partenokarpi adalah menggantikan proses
fertilisasi (Salisbury dan Ross, 1995)
Partenokarpi dapat terjadi dalam
dua cara, yaitu:
Secara Alami
Partenokarpi dapat terjadi secara
alami pada beberapa jenis tanaman saja, misalnya pada pisang (triploid), tomat,
dan manggis. Partenokarpi alami dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
obligator dan fakultatif. Partenokarpi disebut obligator apabila terjadi secara
alami tanpa adanya pengaruh dari luar. Hal ini da-pat terjadi karena
tanaman tersebut secara genetik memiliki gen penyebab misalnya pada tanaman pisang
yang kebanyakan triploid. Tanaman triploid ini memiliki mekanisme penghambatan
perkembangan biji atau embrio sejak awal, sehingga buah yang terbentuk tanpa
biji. Sedangkan partenokarpi fakultatif apabila terjadinya karena ada
faktor/pengaruh dari luar, misalnya pada tanaman tomat dapat terjadi
pembentukan buah partenokarpi pada suhu dingin atau suhu panas.
Secara Buatan
Pada partenokapri buatan ada tiga
cara untuk dapat menghasilkan
partenokarpi yaitu :
Dengan Manipulasi Ploidi
(Alteration in Chromosomes Number)
Hal tsb dapat ditempuh dengan
persilangan biasa, misalnya antara tanaman semangka dikotil (sebagai induk
jantan/penyerbuk) dengan tanaman tetraploid (sebagai induk betina) menghasilkan
hibrid (F1) triploid yang ternyata dapat menghasilkan buah partenokarpi tanpa
biji (seedless). Pada tanaman triploid ini bakal biji (ovule) terhambat sejak
awal perkembangannya, sehingga embrio tidak berkembang. Akibatnya tanaman hanya
menghasilkan buah tanpa biji dengan integumen yang rudimenter.
Dengan Penggunaan Zat pengatur
tumbuh
Zat pengatur tumbuh selami ini
sudah sering digunakan untuk berbagai kepentingan dalam pertanian. Menurut
Gustafson (1942), auksin dapat menggantikan polinasi dan fertilisasi pada
proses pembentukan dan perkembangan buah pada beberapa spesies tanaman. Zat
pengatur tumbuh lain, seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti dapat
menggantikan peran biji dalam perkembangan buah (Schwabe dan Mills, 1981).
Misalnya, pada penelitian terung oleh Zain et al (2015), menunjukkan bahwa
bunga-bunga terung yang belum mengalami pembuahan mampu membentuk buah bila
bunga-bunga tersebut diaplikasikan (diinjeksi) dengan giberelin. Bunga terung
yang diaplikasikan (diinjeksi) dengan giberelin (konsentrasi 0,1% – 0,3%)
menghasilkan buah tanpa biji.
Dengan Metode DNA Rekombinan
(Rekayasa Genetika)
Pembentukan buah partenokarpi
melalui teknik DNA rekombinan dapat ditempuh melalui dua pendekatan, yaitu (1)
menghambat perkembangan embrio/biji tanpa mempengaruhi pertumbuhan buah dan (2)
ekspresi fitohormon pada bagian ovary/ ovule untuk memacu perkembangan buah
partenokarpi. Cara pendekatan pertama ditempuh melalui penggunaan gen yang
bersifat merusak sel (cytotoxic). Gen ini akan menghasilkan senyawa toksik
terhadap sel-sel embrio/biji, sehingga akan menghambat bahkan merusak
perkembangan embrio/biji. Cara pendekatan kedua dalam menghasilkan partenokarpi
adalah melalui pengekspresian senyawa fitohormon IAA atau analognya pada
bagian bakal buah (ovary) terlihat lebih efektif. Cara kedua ini didasari oleh
pengetahuan sebelumnya bahwa aplikasi fitohormon sejenis auksin/giberelin dapat
menggantikan peran biji dalam merangsang pembentukan dan perkembangan buah.
Kesimpulan :
Beberapa pendekatan dan percobaan
telah dilakukan dalam rangka pembentukan buah partenokarpi pada tanaman
transgenik. Pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika akan
dapat menjawab tuntutan konsumen yang menginginkan adanya buah tanpa biji
dengan kualitas lebih baik dan produktivitas yang tinggi, khususnya pada
tanaman hortikultura yang bernilai tinggi (komersial).
Pemberian hormon giberelin dalam berbagai konsentrasi (0 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm) menunjukkan adanya perbedaan bobot buah dan bobot biji buah tomat varitas tombatu F1. Konsentrasi terbaik hormon giberelin adalah 100 ppm yang ditunjukkan dengan bobot buah sebesar 81,07 ± 1,59 gram dan bobot biji sebesar 0,05 ± 0,010 gram.
Pemberian hormon giberelin dalam berbagai konsentrasi (0 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm) menunjukkan adanya perbedaan bobot buah dan bobot biji buah tomat varitas tombatu F1. Konsentrasi terbaik hormon giberelin adalah 100 ppm yang ditunjukkan dengan bobot buah sebesar 81,07 ± 1,59 gram dan bobot biji sebesar 0,05 ± 0,010 gram.
bagus, lebih ditingkatkan kembali informasinya
BalasHapusTerimakasih sangat membantu
BalasHapusTerimakasih, artikelnya sangat membantu 🙏, tapi kira" penerapan teknologi partenokapri ini layak engga si ka untuk di kembangkan secara luas ?karena mngenai etika dalam bioteknologi ini akan berimbas kepada para petani di kalangan bawah khususnya pada sektor ekonominya
BalasHapusBangus ' sangat membantu artikel nya
BalasHapusBentuknya gimana dah buat PARTENOKARPI itu?
BalasHapusIni artikel bermanfaat, saya kira DNA rekombinan hanya di matkul tekpang saja, ternyata ini ada juga bagian tumbuhan. Terima kasih infonya
BalasHapus