klasifikasi iklim ferguson dan oldeman
1. Klasifikasi Schmidth-Ferguson
Sistem klasifikasi ini sangat terkenal di Indonesia dan banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan modifikasi atau perbaikan sistem atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr yang telah ada sebelumnya dan digunakan di Indonesia. Penentuan tipe klasifikasi iklim ini hanya memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang digunakan adalah penentunan bulan kering, bulan lembab, dan belum basah dengan pengertian sebagai berikut :
Sistem Klasifikasinya :
-Bulan Kering (BK) : Bulan dengan hujan < 60 mm
-Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan hujan antara 60-100 mm
-Bulan Basah (BB) : Bulan dengan hujan > 100 mm
Schmidth & Ferguson menentukan BK, BL dan BB tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Penentuan tipe iklimnya mempergunakan nilai Q yaitu
Rumus:
Setelah diketahui nilai Q yang diperoleh dari hasil pembangian jumlah bulan kering dibagi jumlah bulan basah. Langkah berikutnya dalah mencari nilai Q dalam tabel klasifikasi nilai Q menurut tipe iklim Schmidt-Ferguson. Sistem Klasifikasi Schmidth-Ferguson lebih mengarah ke ketahanan pangan.
Dari perhitungan nilai Q tersebut dan dengan menggunakan segitiga Schmidth-Ferguson maka didapatkan 8 tipe iklim dari A hingga H sebagai berikut
A. Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika
B. Daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropika
C. Daerah basah dengan vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau, misalnya jati
D. Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim
E. Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana
F. Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana
G. Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang
H. Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang
2. Sistem klasifikasi Oldeman
Sistem klasifikasi tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian, untuk keperluan praktis klarifikasi ini cukup berguna khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia. Oldeman telah membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian yang menggunakan sistem iklim hujan. Konsep yang dikemukakan oleh oldeman adalah :
a. Padi sawah akan membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam musim hujan
b. Palawija membutuhkan air rata-rata 50 mm per bulan pada musim kemarau
c. Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai pulang kejadian 75% sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan paling dikurangi 30
d. Hujan efektif untuk padi sawah adalah 100%
e. Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat sebesar 75%
Dengan Konsep pemikiran diatas maka dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan Xuntuk padi sawah maupun palawija (X) dengan menggunakan data jangka panjang yaitu :
Padi sawah : 145= 1,0 (0,82 X - 30 )
X = 213 mm per bulan
Palawija : 50 = 0,75 (0,82 X - 30)
X = 118 mm per bulan
Nilai 213 dan 118 mm per bulan selanjutnya di bulatkan menjadi 200 dan 100 mm per bulan yang digunakan sebagi batas penentuan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK)
Sistem Klasifikasi
Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm
berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah agroklimat utama seperti tabel berikut ini.
Sistem klasifikasi ini sangat terkenal di Indonesia dan banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan modifikasi atau perbaikan sistem atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr yang telah ada sebelumnya dan digunakan di Indonesia. Penentuan tipe klasifikasi iklim ini hanya memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang digunakan adalah penentunan bulan kering, bulan lembab, dan belum basah dengan pengertian sebagai berikut :
Sistem Klasifikasinya :
-Bulan Kering (BK) : Bulan dengan hujan < 60 mm
-Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan hujan antara 60-100 mm
-Bulan Basah (BB) : Bulan dengan hujan > 100 mm
Schmidth & Ferguson menentukan BK, BL dan BB tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Penentuan tipe iklimnya mempergunakan nilai Q yaitu
Rumus:
Setelah diketahui nilai Q yang diperoleh dari hasil pembangian jumlah bulan kering dibagi jumlah bulan basah. Langkah berikutnya dalah mencari nilai Q dalam tabel klasifikasi nilai Q menurut tipe iklim Schmidt-Ferguson. Sistem Klasifikasi Schmidth-Ferguson lebih mengarah ke ketahanan pangan.
Dari perhitungan nilai Q tersebut dan dengan menggunakan segitiga Schmidth-Ferguson maka didapatkan 8 tipe iklim dari A hingga H sebagai berikut
A. Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika
B. Daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropika
C. Daerah basah dengan vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau, misalnya jati
D. Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim
E. Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana
F. Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana
G. Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang
H. Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang
2. Sistem klasifikasi Oldeman
Sistem klasifikasi tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian, untuk keperluan praktis klarifikasi ini cukup berguna khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia. Oldeman telah membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian yang menggunakan sistem iklim hujan. Konsep yang dikemukakan oleh oldeman adalah :
a. Padi sawah akan membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam musim hujan
b. Palawija membutuhkan air rata-rata 50 mm per bulan pada musim kemarau
c. Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai pulang kejadian 75% sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan paling dikurangi 30
d. Hujan efektif untuk padi sawah adalah 100%
e. Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat sebesar 75%
Dengan Konsep pemikiran diatas maka dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan Xuntuk padi sawah maupun palawija (X) dengan menggunakan data jangka panjang yaitu :
Padi sawah : 145= 1,0 (0,82 X - 30 )
X = 213 mm per bulan
Palawija : 50 = 0,75 (0,82 X - 30)
X = 118 mm per bulan
Nilai 213 dan 118 mm per bulan selanjutnya di bulatkan menjadi 200 dan 100 mm per bulan yang digunakan sebagi batas penentuan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK)
Sistem Klasifikasi
Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm
berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah agroklimat utama seperti tabel berikut ini.

Sub Divisi Bulan Kering Berturut-turut
1 <2
2 2-4
3 4-6
4 >6


Komentar
Posting Komentar